![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzMKJePSpOl5_jYODftfhbJTLMXon1VLlTBdjfsfDS9Phzg8ECK7-wGW5RJ3oE0Jv4mWQjbhrWtASDM5iEHC8KZLdA-gWi5E5p48hZKGOp5Zxb8aVC_OlsS0JQpogX3zOkDQLN7uHgnI-p/s1600/sukawi.jpg)
Pembangkit itu bantuan Kementerian ESDM. “PLTSa
yang akan dibangun ini punya kapasitas 500 kilowatt (kW)/jam atau 500 ribu watt/jam,”
ujar Agus Saptono, Kasubdit Penyiapan Program Bio Energi Kementerian ESDM, yang
dibincangi usai rapat progres pembangunan PLTSa di Hotel Aryaduta Palembang,
Kamis (23/10).
Katanya, telah disepakati dan ditandatangani
kesepakatan untuk melakukan on great ke PLN. Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM
Nomor 9 Tahun 2013, ada dua jenis PLTSa dan tarif jual ke PLN.
PLTSa jenis zero waste yakni jenis listrik sampah
langsung dibakar dengan tarif penjualan ke PLN sebesar Rp1.450/kWh untuk
tegangan menengah dan Rp1.798/kWh untuk tegangan rendah. Jenis kedua, sanitary
landfill dengan kapasitas sampai dengan 10 MW, tarifnya Rp1.250/kWh untuk
tegangan menengah serta Rp1.598/kWh untuk tegangan rendah. “Nah, PLTSa yang
kami bangun di Palembang ini jenis sanitary landfill tegangan menengah.
Pengelolaannya menggunakan sampah yang telah diendapkan terlebih dahulu,” jelas
Agus.
Penjualan listrik yang dihasilkan PLTSa ini dipastikan
akan menambah pendapatan asli daerah (PAD) Pemkot Palembang. Nantinya, sistem
pembayaran dari PLN Pemkot dilakukan per bulan. “Secepatnya akan ada
pembicaraan lebih lanjut dengan manajemen PLN,” imbuhnya.
Progres pembangunan PLTSa sendiri sudah mencapai 31
persen. Masih kecil karena gas engine yang dipesan dari Spanyol belum dipasang.
“Kalau gas engine itu sudah dipasang, progres
pembangunannya mencapai 80 persen lebih. Akhir November nanti, gas engine itu
tiba. Targetnya, pembangunan PLTSa ini kelar akhir Desember,” kata Agus.
Diakuinya, potensi sampah di TPA Sukawinatan sangat
besar. Dalam sehari, ada 500-600 ton sampah yang masuk. Sampah ini akan
menghasilkan energi yang besar dan dapat memenuhi kebutuhan listrik sekarang.
Untuk produksi listriknya, tergantung luasan sampah yang sudah ditutup oleh
tanah, membran, dan lainnya.
Inti kerja dari PLTSa ini adalah menggunakan energi
sampah yang sudah membusuk dan usianya sudah lama. “Yang masih terbuka belum
bisa dimanfaatkan,” cetusnya. Dengan potensi itu, PLTSa diyakini akan mampu
menghasilkan 1 megawatt (MW) listrik yang mampu menerangi sekitar 1.000 rumah.
“Kalau hanya 500 kW dan menerangi 500 rumah, itu
overproduksi. Bisa ditingkatkan jadi 1 MW,” beber Agus. Pengelolaan PLTSa ini
tidak akan dilimpahkan kepada pihak swasta. Pemkot akan menggodok BUMD mana
yang akan mengelola pembangkit listrik ini.
“Yang jelas, akhir tahun ini juga PLTSa sudah
operasional. Namun, untuk mengantisipasi terjadinya molor, pada anggaran 2015,
kami sudah siapkan anggaran untuk commissioning,” katanya. Anggaran dari APBN
2014 yang dikucurkan untuk pembangunan PLTSa ini sebesar Rp21 miliar.
Asisten II Pemkot Palembang, Hardayani, mengaku belum
dapat berbicara banyak terkait progres PLTSa ini. “Kami sifatnya mengikuti
instruksi dari Kementerian yang membantu pembangunan pembangkit ini. Untuk BUMD
yang akan mengelolanya, masih akan dibicarakan lagi,” pungkasnya.
0 comments :
Post a Comment